Mau mengundang Maria Kalaij
Mengawali mimpi menjadi seorang arsitek,
Maria Kalaij justru dikenal sebagai penyiar (news anchor) di salah satu
televisi berita Metro TV, yang membawakan informasi bisnis dan ekonomi,
khususnya pasar modal. Keterlibatannya berawal dari ketidaksengajaannya turut
serta dalam radio komunitas di Universitas Diponegoro. Hal itu lantas mengubah
angannya dan membawa wanita kelahiran Manokwari, Papua ini masuk ke dunia
Jurnalistik. Memulai karir sebagai anchor di Radio Bisnis Pas FM, Maria
kemudian dikenal sebagai pelopor anchor televisi pertama yang membidani dunia
pasar modal. Sejak 2001, dirinya selalu konsisten menghiasi pemberitaan pasar
modal lokal maupun mancanegara di stasiun televisi Metro TV. “Hingga kini belum
ada yang menggantikanku, dan aku tidak pernah tahu alasannya kenapa. Namun
inilah duniaku, aku tetap menikmatinya, dan aku bisa total dalam menjalaninya,”
tutur wanita berdarah Batak tersebut. Rasa ingin tahunya yang besar, dan
keinginannya untuk selalu tampil beda menjadi alasan mengapa Ia memilih pasar
modal sebagai core peliputannya. “Entry Barriernya relatif kecil, dan belum
banyak jurnalis yang tertarik untuk mendalami bidang ini,” ungkapnya sambil
mengenang awal perkenalannya dengan jurnalisme pasar modal. Namun, itu semua
tidak dilaluinya dengan mudah. Ketika pertama kali terjun, Maria harus
mengikuti pelatihan pasar modal terlebih dahulu selama tiga bulan.
Ia pun sempat kesulitan mencari referensi,
dikarenakan masih minimnya media lokal yang memberitakan pasar modal. “Aku
lebih banyak membaca surat kabar atau portal media asing. Bahkan, aku tak segan
untuk bergabung dengan komunitas pialang dan pelaku industri demi keinginan
untuk menguasai isu,” ungkap Maria. Alumni Teknik Elektro Universitas
Diponegoro ini bahkan bisa menghubungi analis hingga enam kali sehari. “Mulai
dari analis saham, analis foreign exchange (forex) hingga analis obligasi,
kebanyakan membicarakan pekerjaan, namun tak jarang kami berbincang santai atau
bahkan kopi darat,” lanjutnya. Seiring dengan berjalannya waktu, kecintaannya
terhadap dunia pasar modal pun memuncak.
Maria
bercita-cita membentuk lingkungan (komunitas) pasar modal yang dimotori oleh
kalangan generasi muda, wadah itu sedianya akan membawa para pemuda lebih dekat
lagi dengan dunia pasar modal secara riil. “Selama ini kesempatan para pemuda
untuk melihat atau mungkin merasakan langsung dunia pasar modal masih sangat
sedikit. Mereka hanya sebatas tahu atau mendengar dari media. Dengan adanya
wadah ini, saya mencoba untuk memberikan pengalaman langsung, misalnya dengan
melibatkannya pada acara talk show, atau mungkin program pengembangan Self
Regulatory Organizations (SRO),” paparnya dengan penuh semangat. Sosialisasi
terintegrasi inilah yang dinilai wanita berperawakan mungil ini akan dapat
mengembangkan basis investor dan pasar modal nasional secara cepat dalam waktu
singkat. Disamping memasukkan materi pasar modal pada kurikulum pendidikan
dasar di Indonesia. Kombinasi tersebut dikatakan dapat menciptakan lingkungan
pasar modal yang lebih semarak, selain tentunya mencetak generasi pekerja pasar
modal yang handal. Meski begitu, dirinya menyatakan tidak tertarik untuk terjun
langsung ke dunia yang telah membesarkan namanya tersebut. Menurutnya, setiap
orang memiliki kapasitas, dan dirinya sudah cukup puas dengan perannya sebagai
jurnalis di pasar modal. “Tantangannya lebih dinamis, setiap detik selalu ada
perubahan dan itu membuat kecepatan berfikirku terlatih setiap harinya,” jelas
Maria. Satu hal yang menurutnya belum berubah dari dulu hingga kini adalah
sulitnya untuk mengakses broker asing sebagai sumber informasi.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar